Saat
berkunjung ke Bungin, cobalah untuk berjalan mengelilingi pulau. Hal yang akan
nampak disepanjang perjalanan adalah rumah, rumah, dan rumah. Hampir semua
lahan sudah terpakai untuk membangun rumah dari mulai gerbang masuk, tengah,
dan pinggir pulau.
Terkadang
satu buah rumah tidak hanya diisi oleh satu keluarga kecil, melaikan diisi oleh
satu keluarga besar dengan beberapa keturunan. Saya mendapati sebuah rumah yang
diisi oleh tolal 17 kepala, mulai dari kakek-nenek sampai anak cicitnya tinggal
dalam satu atap.
‘Salah satu rumah masyarakat Bungin yang dihuni oleh 17 orang’
‘Salah satu rumah masyarakat Bungin yang dihuni oleh 17 orang’
Anak-anak Bungin sudah dikenalkan pada lautan sejak balita
Berjalan sore hari penuju pelabuhan menjadi kebiasaan rutin saya setiap hari, selain karna ingin menyaksikan sang mentari yang siap menutup hari saya juga banyak bertemu dengan masyarakat Bungin yang ramai mengunjungi pelabuhan setiap sore.
Yang
menarik adalah melihat banyak sekali anak-anak kecil di pelabuhan yang berenang,
berakrobat, dan bermain dengan sampan kecil setiap sore. Bahkan ada juga
anak-anak yang mencari ikan-ikan hias ditengah laut. Anak-anak ini membuat
suasana pelabuhan menjadi sangat ramai dan ceria kala menyambut surya yang
sebentar lagi akan tenggelam.
Anak
Bungin memang begitu dekat dengan laut, sedari kecil mereka sudah dibentuk agar
membiasakan diri dengan lautan. Ada sebuah adat yang bernama Toyah, adat ini berupa
upacara kecil untuk mengenalkan seorang anak yang masih balita kepada laut,
agar nantinya mereka menjadi seorang pelaut yang hebat, yang terbiasa dengan
guncangan-guncangan ombak besar lautan.
Prosesi
adat Toyah melibatkan banyak orang terutama kaum ibu, pemilihan waktu untuk
pelaksanaan Toyah biasanya merupakan saran dari petinggi adat Pulau Bungin Acara
adat Toyah biasanya digelar dirumah masyarakat yang mempunyai balita, ritual
dilakukan disalah satu ruangan yang telah disediakan ayunan untuk balita.
Setelah prosesi pembacaan mantra yang dilakukan ketua adat, bayi kemudian akan
digendong dan dipangku oleh tujuh orang ibu secara bergantian di dalam ayunan
yang digoyang-goyang seakan ayunan tersebut adalah kapal yang sedang diterjang
ombak lautan.
Masyarakat
Bungin begitu cinta sekaligus sangat bergantung pada lautan, selama lautan
masih menyediakan apa yang masyarakat butuhkan, Bungin akan semakin terus hidup
dan semakin berkembang, suatu saat mungkin masyarakat Indonesia bahkan dunia
benar-benar akan mengakui pulau ini sebagai pulau terpadat di dunia.
Kambing-kambing
aneh di Pulau Bungin
Saat
berjalanan santai mengelilingi pulau saya sedikit heran dengan pemandangan
dijalan-jalan sempit, banyak sekali kambing berkeliaran di pulau ini,
keberadaan mereka ini menurut saya menambah jumlah kepadatan disini. Anda juga
pasti heran ketika melihat langsung, bayangkan saja, susah sekali mencari
tumbuhan-tumbuhan disini,lalu kenapa tetap banyak kambing peliharaan yang
berkeliaran disepanjang jalan-jalan Pulau Bungin, mau makan apa mereka?
Orang-orang
Bungin memberi tahu saya kalau kambing-kambing ini makan apa saja di Bungin.
“Kambing-kambing disini unik mas, bisa makan apa saja”, hmm apa saja? Apa saja
disini berarti macam-macam, yang artinya mereka bisa makan barang-barang yang
bukan menu utama buat mereka. Barang-barang yang biasa mereka makan disini
yaitu kertas, kardus, sampah plastik, bahkan sampai kain jemuran penduduk pun
mereka lahap. Saya tadinya tidak percaya, tapi setelah mengamati lebih lama
perilaku kambing-kambing di Bungin saya menjadi sangat yakin kalau mereka
kambing yang aneh, bukan unik.
Selain
aneh,bentuk perut mereka pun seperti mengembung buncit, dan mulutnya
mengeluarkan sedikit busa-busa, mungkin karna terlalu banyak memakanan plastik
atau kain. Pemandangan yang membuat saya mungkin akan berpikir dua kali untuk
menyantap daging kambing di pulau ini.
‘Kambing-kambing Bungin seolah-olah sedang
mengantri toilet’
Saking
banyaknya kambing disini, pernah suatu kali saya melintas disalah satu tempat
pemandian umum yang berada dekat dengan pelabuhan. Bukannya dipakai oleh warga
setempat untuk keperluan sehari-hari, wc umum ini malah dipenuhi oleh
sekumpulan kambing yang seolah-olah sedang mengantri untuk buang air, hihi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar