Pernah
berkunjung ke pulau terpadat di dunia? Hmm saya termasuk orang yang beruntung pernah menginjakkan kaki saya ke tempat tersebut. Oiya jangan salah, tempat
yang dimaksud tidak berada jauh di luar negeri, melainkan ada di negeri kita
tercinta ini.
Kamu pasti
pernah mendengar Pulau Sumbawa kan? Tapi bukan pulau ini yang saya maksud
sebagai pulau terpadat di dunia yang menjadi bagian daerah pulau Sumbawa. Pulau
padat ini bernama Pulau Bungin, pulau yang hanya memiliki luas wilayah 8,4
hektar namun dihuni oleh 3.400 jiwa.
Hampir tak ada lahan kosong di Pulau Bungin, nampak dari atas hampir seluruh tempat diisi oleh bangunan-bangunan dan rumah warga. |
Pulau ini
sebenarnya bisa dibilang pulau buatan, bahkan dari tahun-ketahun ada
peningkatan luas wilayah yang disertai dengan peningkatan jumlah penduduk dan
tempat tinggal. Loh kok bisa yah angka luas wilayahnya terus bertambah? Itu
karena penduduk Pulau Bungin terbiasa untuk menguruk air laut dan membangun pondasi rumah menggunakan
batu-batu karang, tenang saja, mereka sadar untuk memilih batu-batu karang yang sudah mati.
Gerbang masuk Pulau bungin, kini sudah ada jalan penghubung yang memudahkan akses masuk dari Pulau Sumbawa ke Bungin |
Mereka menguruk laut yang kemudian menjadi sebuah lapak kecil yang disusun sedemikian rupa untuk kemudian dibangun rumah-rumah panggung khas Suku Bajo. Jangan dulu heran atau mengira saya salah ketik yah ketika menyebut nama Suku Bajo, karna hampir seluruh masyarakat Pulau Bungin adalah keturunan asli dari suku asal Sulawesi tersebut. Suku Bajo memang terkenal dengan ke-tangguhannya menjelajah wilayah nusantara, bahkan sampai ke luar negeri dengan menggunakan kapal andalan mereka yang begitu melegenda yang kita kenal dengan kapal pinisi.
Fakta bahwa
mereka adalah keturunan Suku Bajo belum bisa menjawab pertanyaan yang ada
dibenak saya ketika itu, disamping pulau bungin yang begitu kecil dan padat
ini, ada Pulau Sumbawa yang sebenarnya menawarkan tanah yang begitu luas dan
masih kosong. Lalu mengapa mereka masih tetap bertahan di pulau Bungin yang
begitu padat dan tetap mau capek untuk menguruk laut bila ingin membangun rumah
baru.
Dari beberapa
penduduk yang saya tanya soal masalah itu, saya simpulkan ada dua
jawaban sama yang diungkapkan hampir seluruh penduduk Bungin yang saya temui. Pertama,
sebagai keturunan Bajo mereka mengaku tidak bisa jauh dari laut, pernah ada
salah satu keluarga yang memutuskan untuk tinggal di daratan luas, setelah
beberapa lama mereka mengaku jadi gampang sakit-sakitan karna jauh dari laut. Karna
alasan itu akhirnya mereka putuskan untuk kembali ke Bungin.
Kedua, alasan ekonomi menjadi salah satu faktor yang punya pengaruh besar kenapa mereka enggan meninggalkan Bungin. Untuk mendapatkan tanah di daratan Sumbawa mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, belum lagi untuk membeli bahan bangunannya. Setidaknya mereka tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli tanah jika tetap tinggal di Bungin, bagi masyarakat yang baru menikah, mereka hanya perlu membayar orang untuk menguruk laut menggunakan batu karang mati ditempat yang telah ditentukan. Itulah mengapa akhirnya lama kelamaan pulau ini semakin luas wilayahnya dan juga semakin padat penduduknya.
Kedua, alasan ekonomi menjadi salah satu faktor yang punya pengaruh besar kenapa mereka enggan meninggalkan Bungin. Untuk mendapatkan tanah di daratan Sumbawa mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, belum lagi untuk membeli bahan bangunannya. Setidaknya mereka tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli tanah jika tetap tinggal di Bungin, bagi masyarakat yang baru menikah, mereka hanya perlu membayar orang untuk menguruk laut menggunakan batu karang mati ditempat yang telah ditentukan. Itulah mengapa akhirnya lama kelamaan pulau ini semakin luas wilayahnya dan juga semakin padat penduduknya.